Saturday 18 June 2011

Cetak Sawah 1 Juta Hektar

Hamparan sawah

Menjelang musim kampanye pemilu tahun 2014 (seperti sebelumnya), sangat mungkin akan diwacanakan kembali untuk pencetakan sawah seluas 1 juta hektar. Tentu di benak kita akan muncul pertanyaan ; apa/what, siapa/who,  dimana/where, mengapa/why, kapan/when dan bagaimana/how. Pada saat kampanye tersebut, para pewacana (pelku kampanye) akan menjawab secara copypaste yang dibumbui  bahasa politis yang menguntungkan kedudukan (+ partai politik)nya sebagai calon pemimpin/legislator (sebagai pemenang pemilu).
Untuk kita sebagai pemilih akan menyetujui/menolak jawaban tersebut, juga dipengaruhi oleh pandangan (like or dislike) kita terhadap sang pewacana (& partai politik nya), meskipun jawaban yang satu dengan yang lain pada dasarnya adalah sama. Maka sebagai pemilih, tentu ada baiknya mengetahui wacana cetak sawah seluas 1 juta hekta tersebut, apakah layak atau tidak, untuk itu cobalah simak uraian berikut.
1.        Maksud dan Tujuan
Sawah adalah lahan persawahan (basah) yang dicetak untuk tanaman padi, dengan pemberian air (irigasi) teknis. Untuk  luasan 1 juta hektar (ukuran persegi 100 Km x 100 Km)
Ide/wacana ini sering muncul saat kampanye tetapi dilupakan lagi setelah pesta berakhir. Padahal kondisi areal sawah di Pulau Jawa terus berkurang seluas 110.000 Ha/tahun, tertelan oleh pesatnya perkembangan kota, jalan tol, real estate dan industri (menurut data  Rektor IPB Anton Mattjik saat seminar dan lokakarya dalam rangka penyempurnaan naskah akademik sebagai kelengkapan materi penyusunan Rancangan Undang-Undang Lahan Pertanian Abadi, periode 1992 s/4 2002).
2.        Stokeholder
Kegiatan untuk pencetakan sawah seluas 1 juta hektar, tentunya hanya dapat dilakukan oleh Negara/Pemerintah (Kementerian PU Dirjen SDA) dan akan menyerap jutaan tenaga kerja dalam berbagai sektor.
Karena pembiayaan proyek ini akan menyerap dana anggaran yang cukup besar, maka perlu dibentuk 1 badan pengelola (semacam badan otorita)
3.        Lokasi Pekerjaan
Untuk wilayah Indonesia, areal sawah 1 juta hektar, hanya mungkin di realisasikan di Pulau Kalimantan dan Pulau Papua untuk irigasi teknis.
Lokasi di Pulau Kalimantan (4 Lokasi)
·Pulau Kalimantan : untuk sementara di pulau terdeteksi 4 lokasi, masing-masing Kalimantan Tengah 2 lokasi, Kalimantan Barat 1 Lokasi dan Kalimantan Timur 1 lokasi.
Untuk pencetakan sawah di Pulalu Kalimantan pernah dilakukan dengan irigasi rawa, disebabkan kajian yang belum sempurna, maka realisasi “proyek lahan gambut 1 juta hektar” realisasi fungsionalnya jauh di bawah rencana potensial. Oleh karena itu ada baiknya rencana cetak sawah 1 juta hektar ini digeser lebih ke hulu. Keahlian kita (baik pengelola irigasi maupun petani) dalam mengelola irigasi teknis  (sungai) masih lebih panjang dibanding pengelolaan irigasi rawa/pasang surut
Lokasi di Papua Utara (S. Membrano yang dahsyat)

· Pulau Papua : untuk sementara di pulau terdeteksi 2 lokasi, masing-masing Papua Utara, yang sangat mungkin direalisasikan dengan memanfaatkan kedahsayatan Sungai Membrano, dan sangat cocok untuk adanya bendungan untuk menyimpan cadangan air dan untuk membangkit energy listrik
Lokasi di Papua Selatan

         Sedangkan bagian selatan Pulau Papua terdapat areal yang lebih luas, namun perlu dikaji tentang ketersediaan  sumber daya air

4.        Sasaran
·Perekonomian Nasional : Sawah tersebut untuk 1x musim tanam (panen) berproduksi : 4  juta ton gabah kering giling (gkg) atau ; 2.4   juta ton beras, 0.3  juta ton dedak dan 1.3  juta ton sekam. Untuk 1 tahun (2 musim tanam) beras akan memasok pangan untuk untuk 32  juta jiwa/ tahun (± 10 % populasi  Indonesia) dan nilai perputaran ekonomi sebesar Rp. 28,8 trilliun (± 2,5 % APBN tahun anggaran 2011). Nilai perputaran ekonomi akan terus bertambah seiring dengan perkembangan (akibat efek domino) sektor peternakan, perikanan, perbankan, perkapalan, perdangangan, pendidikan dan sektor-sektor lain yang ikut terlibat dalam menunjang pengembangan sektor pertanian tersebut.
·Ketersediaan pangan : Di Indonesia luasan sawah beririgasi teknis exsisting seluas 7,60 juta Ha untuk 1 tahun dapat memproduksi beras (pangan) sebesar 36,5 juta ton. Pada tahun 2035 diperkirakan pupulasi Indonesia menjadi 293.37 juta jiwa, dibutuhkan ketersediaan pangan sebesar 44 juta ton, akan defisit sebesar 8,5  juta ton
·Ketersediaan lapangan kerja : Idealnya 1 kk petani dapat mengelola 2 Ha sawah, maka areal persawahan ini akan menyediakan lapangan kerja untuk 500.000 Kk petani atau diandaikan 1 Kk berjumlah 4 orang (keluarga berencana nih ye...) dan ditambah keterlibatan pekerja sektor peternakan, perikanan, perbankan, perkapalan, perdangangan, pendidikan dan sektor-sektor lain, maka lahan pertanian ini akan akan menyediakan lapangan kerja yang menghidupi 2-3 juta jiwa (± 18 -25  % populasi DKI Jakarta)
·Kesejahteraan petani : Sawah (basah) untuk tanaman padi, untuk 1x musim tanam dengan pemberian air (irigasi) yang baik berproduksi ± 4 Ton gkg/Ha (di Pulau Jawa umumnya  5 - 8), setara dengan 2,4 Ton Beras jika dirupiahkan sebesar Rp 15 juta. sedangkan modal kerja (bibit, pupuk dan upah kerja) per panen diperkirakan 3-4 juta rupiah. Dengan margin keuntungan +/- 11 juta/panen/ha, maka untuk 2 x musim panen (1 tahun) dan mengelola 2 Ha sawah, akan meraih keuntungan Rp. 44 juta atau Rp. 3.5 jt/bulan. ini jelas lebih besar dari penghasilan seorang pegawai negeri fungsional golongan 3a di Jakarta. Keuntungan lain akan mendapat lapangan kerja, sekam (untuk bahan bakar) dan dedak (untuk makanan ternak) serta dapat pula digabung dengan tambak ikan. untuk itu marilah kita beramai-ramai menjadi petani.......
5.        Waktu Pelaksanaan
Dengan defisit pangan sebesar 8.5  juta ton, maka wacana cetak sawah 1 juta hektan memang sangat urgen/segera untuk direalisasikan, untuk mencukupi pasokan ketersediaan pangan Nasional. Maka dengan sasaran ketersediaan Nasional pangan pada tahun 2035, dengan diperkirakan pelaksanaan pekerjaan mencapai 10 tahun anggaran, maka untuk studi kelayakan dan perencanaan/desain awal harusnya dapat direalilasikan pada tahun anggaran mendatang.
6.        Kajian Kelayakan
·Infrastruktur irigasi : Untuk  luasan 1 juta hektar (ukuran persegi 100 Km x 100 Km), akan membutuhkan suplai air irigasi ± 2.000,- M³/detik, tentu ini harus disuplai oleh beberapa sungai, bendung dan bendungan/waduk/danau. Pembiayaan yang dibutuhkan (diluar pembebasan lahan)
·Petani pengelola : Untuk petani pengelola sawah yang umumnya didatangkan dari Pulau Jawa/Bali akan memerlukan biaya pemukiman, sedang masyarakat setempat diperlukan biaya resettlement. Masyarakat setempat sejak awal harus dilibatkan  baik secara langsung kegiatan maupun melalui pembinaan menjadi petani, ini akan mengurangi kecemburuan pada saat daerah irigasi sudah berhasil mensejahterakan pengelolanya
Untuk pembiayaan pekerjaan secara kasar dapat dikalkulasi sebagai berikut ;

Sedangan nilai kelayakan ekonomi dikalkulasi nilai benefitnya masih dari penjualan besras saja (padahal masih banyakyang belum dimasukkan ; seperti  dedak, sekam, peternakan, perikanan, industri pupuk, penyediaan lapangan kerja, biaya kesejahteraan dan lain-lain), adalah sebagai berikut ;
Maka disimpulkan dengan menggunakan pinjaman SIBOR atau Libor yang bunga berkisar antara 3 % sampai dengan 5 % proyek cukup layak untuk direalisasikan.

       Kajian Alexander Halomoan
       Email : halomoanalex@gmail.com

Sunday 5 June 2011

Umur (usia) hidup


Palar, Kakak- & Ayah
Umur kita (manusia) sebenarnya sudah ditentukan panjangnya oleh YME, ada yang 100 tahun ada juga yang kurang, bukaan karena sakit makanya umur makin pendek (tetapi segitulah yang ditentukanNYA). Kita tidak perlu meminta agar umur kita diperpanjang (seperti lagu "panjang umurnya"), tetapi berusaha untuk menjalani (mengisi) hidup yang sudah ditentukan tersebut selalu-lah sehat dan bermanfaat.  Bermanfaat artinya adalah dapat mempengaruhi (membuat hidup lebih baik) terhadap  manusia/mahluk hidup lainnya.
Salib Kasih, Tarutung
Umur  (usia) manusia dihitung mulai lahir sampai dengan mati, namun panjang hidup manusia bukanlah diukur seperti itu. Tetapi seberapa lama perbuatan (amal dan kebaikan) yang kita lakukan  dapat diingat dan (seberapa besar) manfaat perbuatan tersebut berpengaruh terhadap  manusia/mahluk hidup lainnya. Misalnya adalah Tuhan Yesus yang hanya berusia 33 tahun dan mengajar (sebagai guru) sekitar 3 tahun, sampai 2000 tahun, tetap hidup di dalam ingatan (& life style) kita (yang beragama Nasrani).
Mengisi hidup supaya bermanfaat tentunya sangat diperlukan usaha serta doa. Tentunya usaha dan doa (ora et labora) dilakukan dengan percaya akan janji Tuhan Yesus yang tertulis pada injil Yohanes: 7;37-38 "Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri da
n berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!. Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup."
Aliran air

Gereja Katolik Batulicin
Dalam berusaha (bekerja-work) selalulah berpedoman pada  janji Tuhan yang tertulis Mazmur 23, 1-4 : “ TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang. Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku” 
Gereja GPM P. Kei Kecil
dan Wahyu 22:1. "Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal dan mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta anak Domba itu"

Air Mengalir

Sedangkan doa yang baik adalah doa yang singkat, padat dan sesuai dengan sasaran permintaan, dimulai dengan pujian pada TUHAN, dilanjutkan dengan permintaan pengahapusan dosa/kesalahan, lalu permintaan/sasaran dan harapan, yang dikhiri/disempurnakan DOA BAPA KAMI.

Gereja GPM Wa Apu Pulau Buru
Dengan usaha dan doa yang telah kita lakukan, niscaya akan diberkati oleh Tuhan sesuai dengan Firman yang tertulis pada Bilangan: 6, 24-26 : “TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.”  dan  Wahyu: 1; 4 : “Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang.”
catatan palar banjarnahor 31 mei 2011
tepat berumur 49 tahun 

Friday 27 May 2011

Esok , Masihkah Ada Beras Untuk Kita ?

Lokasi Ligan
Nun jauh di utara sana……………. Di kaki Bukit Barisan, di desa Ligan di pedalaman Kabupaten Aceh Jaya (dulu termasuk bagian dari Aceh Barat), tersebutlah sebuah areal permukiman diapit oleh Krueng Ligan dan Krueng Masen. Pada tahun 70-80-an (entah karena dipaksakan) ditempatkanlah transmigran dengan nama SP-3 (satuan permukiman),  SP-4 dan SP-5, dengan populasi ketiga permukiman mendekati 200 kepala keluarga. Seiring dengan perjalanan waktu dan usaha kerja keras para transmigran serta didukung oleh alam yang subur dan air mengalir berlimpah dari kaki bukit, berkembanglah permukiman ini menjadi gemah-ripah, ekslusif dan lebih berkilau jauh meninggalkan desa-desa sekitar.

Gedung Sekolah Dasar
Menjelang pagi, dibuka alunan azan mesjid, yang disusul klakson angkutan reguler dari permukiman ini sampai Kota Banda Aceh yang berjarak sekitar 250 Km, pergi pagi pulang petang, berlanjut suasana sekolah dasar dengan gedung yang berdiri indah di tengah sawah, dipenuhi oleh gelak-tawa anak-anak yang berwajah ceria, kegiatan belajar yang seperti negeri impian, sejuk diiringi oleh  kicauan burung bernyanyi.  Sementara si ayah lengkap dengan cangkul dan camping, kadang disertai joran kail, berlenggang menuju sawah sambil bersiul. 


Perayaan 17 Agustus
Saat matahari tegak lurus bumi, si anak sekolah berlari pulang, sedangkan si ibu melenggok dengan tentengan di tangan kanan menyusul sang ayah ke sawah. Menjelang sore hari lapangan volli dipenuhi sorak-sorai, pukulan bola dan lompatan, dijejeri oleh pedagang keliling yang telah capek keluar-masuk gang, ah…..kemeriahan layaknya perayaan tujuh belasan. Kemudian menjelang malam, terdengarlah nyanyian jangkrik yang menceritakan sang rembulan.
Lahan sawah yang subur
Bahkan pada rumah-rumah tertentu ada sudah berdiri kokoh antena parabola mendongak ke langit dan sepeda motor tahun terbaru yang terparkir mulus di halaman, sementara pada bagian belakang terdapat tambak ikan pribadi yang digabung dengan sarana mck,  bagian samping yang tertata ditanami tumbuhan sayur seperti singkong, pohon katuk, kunyit, lengkuas, jahe dan lain-lain serta dikelilingi pagar kayu dengan berbagai warna. Di luar sejauh mata memandang, nampaklah hamparan sawah yang menghijau, berubah menjadi warna kuning keemasan saat panen menjelang.  Rombongan sapi yang nyaman merumput terlihat mengganguk-angguk jauh di kaki bukit, sementara anak kambing yang ribut mencari si induknya dan kotek ayam betina yang memberitahukan telor sudah siap untuk digoreng.

Krueng Ligan NAD
Memang pada saat musim tertentu, ada kalanya rombongan gajah turun meluluh-lantakkan kebun tanaman, cukup sering pula pagi hari ditemukan jejak kaki harimau dan seekor kambing telah hilang. Terkadang pula Krueng Ligan dan Krueng Masen pernah sama-sama mengamuk menenggelamkan tanaman padi terendam dan menghalau ikan dari tambak-tambak. Namun selain itu hanya rasa optimis dan syukur yang ada atas berkah yang turun dari langit dan wajah-wajah mencerminkan kepastian dari sebuah harapan  untuk menuju masa depan yang lebih baik, gemilang, makmur seperti yang tertulis di buku-buku pendidikan moral Pancasila (PMP).
Pemukiman Menghutan Kembali
Namun harapan dan kenyataan  sering tidak seiring, yang diawali dengan perubahan politik, akhirnya menjadi konfilk yang berkepanjangan. Satuan permukiman inipun secara tragis menjadi bubar dan lenyap, ada transmigran yang pulang kembali ke desa awal, ada yang terlunta-lunta, ada yang merantau ke daerah lain dan ada pula yang berasisimilasi dengan masayarakat sekitar. Tahun 2007 ini permukiman itu menjadi kembali menjadi belantara jaman purba, dengan semak-belukar yang menjulang di atas kepala, lahan kembali menjadi rawa karena sungai/drainase yang mendangkal, menyempit dan tidak terawat. Tak ada lagi rumah, jalan,  mesjid, sekolah, lapangan voli, sapi dan manusia di sana, yang sering dijumpai malah jejak gajah, harimau, rusa, babi hutan dan ular sendok.
Sebuah potret Indonesiaku yang cemburu …….
Jejak Gajah
Kecemburuan terhadap komunitas yang maju dari hasil kerja keras memang terjadi dimana-mana di bumi Nusantara ini, dicemburui oleh masyarakat sekeliling kawasan sekitar yang miskin dan vakum.  Kecemburuan di desa ini mungkin termasuk paling ekstrim di negeri ini, namun dengan skala yang bervariasi, kecemburuan seperti ini terasa pula di Sitiung (Sumatera), Sanggau-Batulicin (Kalimantan), Wae Apu (Buru), Kaeratu-Kobisonta (Seram) dan di tempat lain yang sejenis. Seperti api dalam sekam, sangat rawan untuk ditiup, apalagi kalau dikaitkan pada perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan (sara), maka potensi konflik akan meledak-menggelegar dengan seketika.
Saluran air di Pekalongan
Kita memang punya komunitas masyarakat pengelola tanah pertanian yang handal, ulet dan mau bekerja keras yang tentunya dengan rahmat Tuhan akan dapat berhasil dan menikmati hidup dengan berkecukupan. Masyarakat yang mempunyai kebudayaan pertanian yang panjang berpuluh abad, dengan menghargai kekayaan alam yang dipersembahkan oleh lahan dan air dan patuh terhadap undang-undang nomor 7 tahun 2004 tentang sumber daya air. Namun apa boleh buat, lahan pertanian di wilayahnya makin hari makin surut,  tertelan oleh pesatnya perkembangan kota, jalan tol, real estate dan industri. 
Bangunan Bagi di Kalimantan Selatan
Sementara di wilayah lain dibangun sarana irigasi, namun sering sia-sia bahkan kadang-kadang bangunan-bangunan tersebut terlihat sedih menunggu sawah dikelola serta menanti tanaman padi bertumbuh. Daerah irigasi tidak berfungsi optimal (seperti yang diharapkan pada tahap studi kelayakan), di mana realisasi lahan sawah fungsional jauh di bawah rencana lahan potensial dan saluran-saluran irigasi yang kosong melompong tak berair, bahkan pintu-pintu air sering berpindah ke juragan besi tua. 

Pada saluran irigasi yang lain terjadi pengambilan air liar yang semaunya oleh masyarakat yang tidak mematuhi undang-undang yang memang tidak pernah ditegaskan sangsi/hukumannya. Dengan budaya masyarakat yang umumnya hanya mau menanam padi sekali setahun, malas, ogah-ogahan untuk hidup pas-pasanpun terasa susah, menyepelekan ketersedian lahan yang luas dan air yang melimpah. Ketika para pengelola sawah handal dan terampil didatangkan dan mereka menjadi makmur, terjadilah kecemburuan dari masyarakat sekitar, berputar seperti lingkaran setan.

Entah menuju kemana pertanian kita, masihkah esok pagi ada beras untuk kita……
Atau kita hanya menunggunya dari negeri gajah………….
Catatan dari Perca Island
Alesmoan (2007)

Kekhawatiran Seorang Direktur Teknik



Wai Musi Ceram Island
Menjelang musim kemarau yang berkepanjangan ini, seorang temanyangmenjabat direktur teknik dari perusahaan daerah air minum (pdam)  terlihat risau dan kawatir. Sebagai eksekutifyangrelatif masih muda (usia 40-50) dan menapaki jenjang karir, mulai dari pegawai rendahan di lapanganyangdilanjutkan dengan menggumuli bagian perencanaan teknik sampai akhirnya sekarang dipercaya memangku sebuah jabatan penentu kebijakan, tentu cukup paham dan mengetahui betul sumber kesulitan-kesulitan memasok air baku untuk diolah menjadi air bersih/minum jika saatnya musim kemarauyangberkepanjangan tiba.
Pengalaman di akhir tahun 2005 yang termasuk musim kemarau yang cukup panjang, sehingga banyak malam Ia dihabiskan berjaga/ronda dan  melakukan pemantauan akan naiknya pasang air laut.
Wai Samal Ceram I
Dimana pada saat pasokan air sungai dari hulu menipis, maka saat pasang air laut akan mencapai lokasi pengambilan air (intake), sehingga air tersebut tidak dapat diolah instalasi pengolahan air (ipa) untuk menjadi air tawar. Saat itu pula pernah menyelusuri alur sungai sampai jauh ke hulu, untuk mencari cadangan airyangdapat digunakan sebagai pasokan air baku. Disanalah diketahui  bahwa wadukyangpernah kebanggaan masyarakat provinsinya dalam keadaan tidak terawat dan tidak lagi menjadi reservoiryangdapat diandalkan serta hutannyayangsudah gundul sehingga tidak dapat menyimpan air secara alami. 
Wai Musi Ceram Island
Jika hujan datang langsung tumpah memenuhi sungai sampai meluap (banjir) bergegas menuju laut, tidak ada lagi daun, pohon bahkan semak-semakyangdapat menghentikan aliran air sejenak. Memang hutan kita sudah hancur……………… pikirnya. Televisipun sering menayangkan ulasan tentang pemanasan globalyangmemicu peningkatan suhu udara dan berujung pada penguapan air (evavorasi)yangmenipiskan kandungan air, maka makin tanduslah lahan kita.
Wai Musi Ceram Island

Gurunya di sekolah dasar pernah mengajarkan dalam bentuk cerita akan perlunya reboisasi atau penghijauan kembali. Lahanyanghijau maka air hujan tidak langsung menyentuh dan menggerus permukaan tanah (erosi), air akan mengalir jernih ke sungai sedikit demi sedikit, karena terhalang/tersaring oleh tebalnya semak dan daun-daun pohonyangberguguran. Sehingga di musim kemarau sungai akan mempersembahkan panoramayangmenawanyangdiselingi oleh pacuan burungyangmencari ikan. Cerita guru tersebut kini seakan dongeng H.C. Anderson,yangselalu diakhiri dengan kejadianyangindah. Di sebuah seminar sumber daya air, pernah dipresentasikan akan perlunya kehidupanyangpeduli hemat air. 

Wai Samal Ceram Island
Dimana air yang turun (hujan) harus ditampung dalam wadah sederhana sebanyak mungkin, digunakan seperlunya. Secara perlahan-lahan kembali terkumpul di sungai dan dengan berkilauan mengalir damai menuju laut, seperti lagu Bengawan Solo (karangan Gesang). Diperlihatkan pula realita kondisi sungai kita sekarang yang menguning butak memenuhi penampang sungai dan menghanyutkan apapunyangada di sekitarnya. Di musim kemarau sungai akan dipenuhi lumpuryangmenghitam, sedangkan airnya hampir-hampir tidak mengalir jauh ke tengah sungai. Pulang dari seminar itu sang direktur teknik menyimpulkan bahwa cerita guru di atas seperti gambaran sebuah sorgayangtertulis di kitab suci saja, sangat jauh untuk dicapai.
Sungai Kusun South Kalimantan


Kembali ke keseharian dan kesibukannya sebagai pengelola air minum, menjelang musim kemarau tahun 2009 ini, mulai dihinggapi oleh rasa khawatir, ditambah pula dengan seringnya pasokan energi listrikyangmacet, sampai-sampai pada bulan-bulan terakhir perusahaan harus mengeluarkan anggaran ekstrayangcukup signifikan untuk pembelian solar sebagai bahan bakar genset. Hal itu harus dilakukan karena di kotanya tidak ada sumber air bersih lain, makanya hanya air poduksi perusahaannyalah yang menjadi satu-satunya sumber air untuk kebutuhan masyarakat sehari-hari yang sudah mendekati jumlah 600.000 jiwa. Pada perjalanan perusahaan, pernah ada memorandum of understanding dengan pengelola air irigasi di daerahnya, untuk membantu penyediaan air baku. 
Sungai Batulicin South Kalimantan
Namun dengan realitas demokrasi yang kebablasan sekarang, masyarakat tidak lagi mengindahkan amanat undang-undang nomor 7 tahun 2004 tentang sumber daya air. Terjadilah pengambilan air liar dan semaunya sepanjang saluran pada bagian hulu, adayangdigunakan untuk tambak ikan ada pula untuk kebutuhan sehari-hari. Disertai pula dengan tumbuhan gulma yang subur menutupi permukaan saluranyangmengurangi kepasitas debit air, maka pasokanyangdiperuntukkan menjadi air baku tidak dapat diandalkan.
Krueng Ligan NAD


Kekhawatiran sang direktur teknik adalah kekhawatiran yang menyeluruh, seperti : khawatir tidak dapat mensuplai air bersih sesuai kapasitas kebutuhan masyarakat, khawatir produksi air tidak sesuai standar air minum, khawatir perusahaan akan merugi dan dipertanyakan oleh masyarakat akan merembet pada kinerjanya pribadiyangdapat menyebabkan kehilangan jabatan, khawatir akan kehidupan anak dan istri serta khawatir akan masa depannya. 


Krueng Ligan NAD
Untunglah pada sela-sela musim kemarau tahun 2009 ini masih ada berkat seperti hujan sekali-sekali dan pelaksanaan pemeliharaan saluran irigasi (pembersihan gulma) baru selesai direalisasikan sehingga memperlancar aliran air dengan demikian membantu ketersediaan suplai  air baku  untuk diolah menjadi air minum
Untuk tahun ini si direktur teknik sangat mensyukuri berkahyangturun dari langit dan untuk itu Ia mengucap terimakasihyangberulang-ulang pada Sang Pencipta. Namun kekawatiran (sebagai direktur teknik ataupun kelak menjadi direktur utama) kembali akan muncul pada musim kemarau tahun mendatang, entah apakahyangakan terjadi……………


Catatan dari Borneo tahun 2009
sarah rumondang